KISAH SEDIH SEORANG MURID
|
kisah sedih murid miskin |
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Saya adalah seorang guru di sekolah dasar, saya mengajar di jam sore
hari. Salah seorang murid saya setiap hari datang terlambat ke sekolah.
Tas dan bajunya selalu kotor. Setiap kali saya bertanya tentang baju dan
tasnya dia hanya terdiam. Saya masih bersabar dengan keadaan
pakaiannya.
Tetapi kesabaran
saya benar-benar diuji dengan sikapnya yang setiap hari datang
terlambat. Pada mulanya saya hanya memberi nasehat. Dia hanya
menundukkan kepala tanpa berkata-kata kecuali anggukan yang seolah-olah
dipaksakan. Kali kedua saya memarahinya, dia masih juga mengangguk
tetapi masih juga datang terlambat keesokan harinya.
Kali
ketiga, saya terpaksa menjalankan janji saya untuk memukulnya kalau
masih terlambat. Anehnya dia hanya menyerahkan punggungnya untuk
dipukul. Air matanya saja yang berjatuhan tanpa berucap sepatah katapun
dari mulutnya.
Keesokan harinya dia masih juga terlambat, dan
saya memukulnya lagi. Namun ia masih tetap dang ke sekolah dan masih
tetap datang terlambat.
Suatu hari saya berencana untuk
menyelidikinya ke rumahnya. Setelah mendapat alamatnya, saya melanjutkan
niat saya. Dia tinggal di sebuah kawasan bukit yang tidak begitu jauh
dari sekolah. Keadaan rumahnya sungguh sangat sederhana, bahkan bisa
dikatakan tidak layak huni.
Saya melihat murid saya itu sedang
berdiri di depan rumahnya dalam keadaan gelisah. Seorang wanita yang
mungkin ibunya juga kelihatan. Kurang lebih pukul 1.30 siang, seorang
anak lelaki sedang berlari-lari sekuat tenaga menuju rumah itu. Sambil
berlari dia membuka baju sekolahnya. Sampai di depan rumah, baju dan
tasnya diserahkan kepada murid saya yang langsung bergegas memakainya.
Sebelum pakaian sekolahnya sempurna dikenakan, dia sudah berlari ke arah
sekolah.
Saya kembali ke sekolah dengan penuh penyesalan. Saya
memanggil anak itu sambil menahan air mata yang mulai tergenang.
"Maafkan ibu. Tadi ibu pergi ke rumah kamu dan memperhatikan kamu dari
kejauhan. Siapa yang berlari memberi kamu baju tadi?"
Dia
terkejut dan wajahnya berubah. "Itu kakak saya. Kami bergantian baju dan
tas sebab tidak ada baju lain lagi. Hanya baju dan tas itu yang ada.
Maafkan saya, ibu." jawabnya.
"Kenapa kamu tidak memberitahu ibu dan kenapa kamu biarkan saja ketika ibu memukul kamu?"
"Ibu saya berpesan, jangan meminta-minta pada orang, jangan ceritakan
kemiskinan kita pada orang. Kalau ibu guru mau memukul, serahkan saja
punggung kamu."
Sambil menahan air mata yang mulai berguguran,
saya memeluk anak itu, "Maaf ibu..." Kejadian itu cukup menyadarkan
saya. Setelah itu saya mencoba membantunya sekuat yang aku mampu.
Dipetik dari pengalaman seorang guru.
Wallahua’lam bish Shawwab ....
|
ayo bantu |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar