Rabu, 29 Mei 2013

HARGAILAH YANG MASIH ADA

Banyak hal 
yang akan terasa
 sangat BERHARGA ketika sudah TIDAK ADA
 maka HARGAILAH
 apa-apa 
yang MASIH ADA 
sebelum ia PERGI /TIADA
kematian Kita?

DIAM

-000-
Diam itu bukan berarti kosong,
Diam itu bukan berarti hampa,
Diam itu bukan berarti tidak mengerti,
Diam itu bukan berarti tak peduli,
Diam itu penutup segala kebodohan,
Diam itu perhiasan tanpa berhias,
Diam itu kehebatan tanpa kerajaan,
Diam itu benteng tanpa pagar,
Diam itu penutup segala aib,
Diam itu ibadah yang tanpa bersusah payah,
Diam itu perhiasan bibir tanpa berhias dengan pemerah,
Diam itu kekayaan tanpa meminta kepada orang,
Diam itu istirahat bagi kedua malaikat pencatat amal.

Tapi …
Jangan diam saat orang bekerja
Jangan diam saat kejujuran dikoyak
Jangan diam saat keburukan ada didepanmu
Jangan diam saat hatimu pilu, berdzikirlah supaya hatimu tenang
Jangan diam saat harus bicara
Jangan diam saat ditanya, meski jawabnya ‘tidak tahu’
Jangan diam saat imam selesai membaca Al-Fatihah.. bacalah Amin..
Jangan diam saat Engkau berdoa

Diam yang baik itu…
Diam sedang menyerap ilmu,
Diam ingin mencari makna,
Diam sedang merajut asa,
Diam sedang memperhatikan,
Diam karena ilmu nya orang tua,
Diam karena mendengarkan,
Diam sedang menahan ghibah dan dusta,
Diam sedang menahan amarah,
Diam sedang berpikir,
Diam sedang berdoa dalam hati,
Diam sedang mencari solusi.
Diam sedang menyembunyikan keikhlasan,
Itulah kenapa… ???
karena DIAM itu EMAS

Selasa, 28 Mei 2013

MENJADIKAN ANAK SUKA MEMBACA


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Anak saya tujuh. Sebelum anak pertama lahir, salah satu obsesi kami memang ingin menjadikan anak senang membaca. Untuk itu, saya berusaha mempelajari berbagai teori tentang mengajarkan membaca kepada anaksejak usia paling dini. Ada berbagai macam literatur, tetapi intinya anak-anak memerlukan buku-buku yang secara khusus dirancang untuk anak, berbahan tebal, warnanya atraktif, sedikit tulisan banyak gambar (wordless picture book) dan yang jelas: harga buku semacam itusangat mahal untuk ukuran kami yang baru menikah. Apalagi sama-sama masihkuliah.

Tapi demi sebuah cita-cita, kami tetap berusaha membeli buku-buku yang khusus dirancang untuk anak tersebut. Mahal memang, tapi cita-cita memang memerlukan pengorbanan. Kami bacakan buku kepada anak pertama saya, Fathimatuz Zahra, semenjak kira-kira usia 6 minggu. Bisa apa anak di usiaitu? Yang paling pokok bukan bisa atau tidak. Yang paling penting ketika itu adalah membentuk reading pattern (pola membaca) sehingga anak “memiliki kebutuhan membaca” pada waktu-waktu tersebut. Kami membacakan buku untukFathimah sehabis memandikannya, serta saat anak menetek mau tidur. Ini kemudian memang menjadi pola di usia-usia berikutnya. Ini pula yang berperan penting menjadikan anak suka membaca sehingga usia 4 tahun sudah lancar membaca. Tetapi mampu membaca di usia 4 tahun sama sekali bukan target. Tidak penting usia berapa membaca. Yang paling penting adalah ada tidaknya, kuat tidaknya, sikap positif terhadap membaca yang akan berperan penting membentuk budaya membaca.

Saya justru menghindari mengajari anak agar terampil membaca sebelum usia 7 tahun. Dari berbagai riset dan pengalaman berbagai negara maju, pembelajaran membaca secara formal sebaiknya dimulai usia 7 tahun. Jika anak lancar membaca sebelum masuk sekolah dasar, itu semata karena anak sangat tertarik membaca sehingga akhirnya terdorong untuk belajar membaca.

Lebih baik terampil membaca belakangan, tetapi minat baca sangat besar dan rasa ingin tahu terhadap ilmu begitu tinggi daripada lancar membaca saat masih TK, tapi baru di sekolah menengah saja gairah mereka membaca sudah tidak ada. Ini bisa terjadi manakala kita hanya sibuk mengajari membaca. Bukan membuatnya tertarik.

Saya tidak berpanjang-panjang dengan masalah ini. Kembali pada pengalaman mengasuh anak agar suka membaca. Jika pada anak pertama dan kedua kami memang berusaha keras agar dapat membelikan buku-buku yang khusus dirancang untuk anak, belakangan kami lebih menekankan pada bagaimana anak akrab dengan suasana membaca. Sehari-hari anak melihat bahwa membaca itu asyik,membaca itu membuka wawasan dan menambah pengetahuan, membaca itu jalan untuk meraih ilmu yang bermanfaat. Medianya tak harus buku yang khusus dirancang untuk anak. Kami menceritakan apa saja yang kami baca, berdiskusi atau merisaukan apa yang dibahas di surat kabar maupun buku, dan kadang melibatkan anak dalam pembicaraan penting yang ada di buku. Kami sering menjadikan buku sebagai acuan; sumber rujukan. Disamping itu, anak memang akrab dengan buku. Dimana-mana ada buku; ruang tamu, kamar pribadi, ruang tengah, mobil dan tas untuk bepergian ada buku. Ini memberi “pesan” kepada anak bahwa buku itu penting.

Pada anak-anak berikutnya, kami membacakan tidak secara khusus buku untuk anak seusianya. Dalam buku Membuat Anak Gila Membaca, memang kami sempat membahas bahwa kita perlu membacakan buku benar-benar sesuai usianya. Tapi dalam perkembangannya, kami mendapati tidak demikian. Menjadikan anak suka membaca tidak harus dengan mengeluarkan uang besar untuk membeli buku-buku eksklusif. Yang paling penting adalah kesediaan kita mendampingi anak membaca. Itu sebabnya, buku ini untuk sementara dihentikan peredarannya. InsyaAllah setelah revisi akan kembali terbit di Pro-U Media, Yogyakarta.

Ada memang sejumlah buku yang “khusus anak usia balita”. Ini sisa kakaknya, meskipun sudah banyak yang sobek. Ada juga hadiah. Tapi yang paling penting adalah mengakrabkan dan menjadikan anak merasa bahwa buku sangat berharga. Ini akan lebih mudah lagi manakala di rumah tidak ada TV.

Jika untuk menjadikan anak suka membaca tak harus berbiaya tinggi, mengapa kita harus grogi sebelum memulai? Koran bekas, kertas yang sudah tak terpakai dan buku apa pun yang bagus isinya meskipun seakan bukan untuk anak, semuanya merupakan media mengenalkan membaca kepada anak sekaligus menjadikan mereka suka baca.

Murah bukan?

SUMBER:
MEMBACA
https://www.facebook.com/notes/mohammad-fauzil-adhim/menjadikan-anak-suka-membaca/506124369436696

Senin, 27 Mei 2013

Belajar dari Sandal dan Peci

  Alkisah
Suatu malam, saat semua penghuni rumah sudah terlelap. Sandal jepit yang berada di luar rumah menggigil kedinginan.Tak pernah sekalipun ia diajak masuk oleh si empunya. Dengan tubuh kotor penuh debu, kadang lumpur, ia selalu dibiarkan tergeletak di depan. Rupanya, keluhan itu sempat di dengar oleh Peci yang tergantung di paku di dinding ruang tamu. Melihat rekannya yang berada diluar, Peci hanya tersenyum penuh kemenangan dan pura-pura tertidur tak mempedulikan Sandal Jepit yang mulaimenangis.
Dalam batinnya, Sandal berkata, sungguh enak menjadi Peci.Ia selalu ditempatkan diatas, dipakai atau tidak, tak pernah ia berada dibawah. Lain halnya dengan dirinya, dipakai terinjak-injak, tak dipakai tetap tersingkir di pojokkan, di tanah atau di lantai dingin. Setiap kali hendak digunakan, tuan pemilik selalu membersihkan Peci, tak satu pun debudibiarkan hinggap, dan sepulang diajak pergi, kembali dibersihkan dan diletakkan kembali ke tempat yang lebih terhormat, jika tidak diatas lemari, di dalam lemari, diatas buffet, paling rendah tergantung di dinding. Berbeda dengan nasib Sandal Jepit, dipakai tak pernah di bersihkan, sepulangny asemakin tak dipedulikan sekoto rapapun, mulai dari debu, sampai kotoran dengan aroma bau yang ta ksedap.
Kalaupun diajak pergi, Sandal tak pernah ketempat yang bersih, kepasar, kekebun, lapangan, atau ke toilet, Jelas saja, tuan pemilik akan lebih memilih sepatu atau sandal kulit untuk ke Mall, ke pesta, atau ke tempat-tempat yang memang bukan tempatnya Sandal berada disana. Tapi, Sandal juga dipakai jika tuan pemilikh endak ke Masjid. Entah ini penghormatan atausebaliknya buat Sandal Jepit karena jika nanti di Masjid iaharus berpindah kaki dengan orang lain alias hilang, toh tuan pemilik hanya berpikir, ”Untung cuma Sandal Jepit”. Sedangkan Peci, selalu dipakai ketempat kondangan, bahkan para pemimpin negeri, pejabat-pejabat penting Negara ini waji bmenggunakan Peci saat pelantikan dan acara-acara resmi, acara kehormatan kenegaraan.
Peci hamper tak pernah dipinjamkan kepada tuan yang lain, karena biasanya masing-masing sudah memiliki. Tapi Sandal, sekalipun ada beberapa, tak pernah ia diberikan kehormatan untuk mengabdi pada satu tuannya saja. Ia bisa dipakai tuan istri, tua nanak, atau juga pembantu. Tidak jarang, ia dipinjam kan juga ketetangga, atau teman, tuan dan anak. Kalau pun using dan berubah warna, Peci biasanya tak pernah dibuang. Disimpan dalam kardus di gudang dengan rapih, atau paling mungkin diberikan kepada anak-anak yatim atau siapa saja yang membutuhkannya. Intinya, masihbernila ipaska guna.Sandal Jepit?Jelek sedikit diganti, apalagi kalau sudahputus talinya, tidak adatempat yang paling pas kecuali tong sampah.Terkadang, ia juga harus merasakan kepedihan jika tubuhnya harus dipotong-potong untuk pengganti rem blong, atau dibuat ban mobil-mobilan mainan anak-anak.
Tapi Sandal tetap menyadari status dan perannya sebagai Sandal yang akan selalu terinjak-injak, kotor, dan tak pernah diatas. Sandal tak pernah iri dengan peran peci.Terlebih saat tuan pemilik berhadapan dengan Tuhannya, dan ditanya; “Mana dari dua barang milikmu yang paling seringkaugunakan, paling bermanfaat, Sandal Jepit atau Peci, yang akan kau bawa bersamamu kesurga?” Dengan mantap tuan pemilik menyebut Sandal Jepit jauh lebih memberikan manfaat baginya.
       Apabila suatu hari kita membeli sendal seharga satu juta, dimanakah letak sandal kita pakai dimanakah sedal tersebut kita pakai? Apakah karena yang harganya kelewat mahal ( bagi kebanyakan orang )  sehingga sandal itu perharus kita taruh diatas kepala( disunggi;jawa).Atau agar tidak pudar warnanya dan selalu tampak baru sehingga kita perlu membungkus sendal tersebut dengan kantong plastik? Jawabannya tentu tidak, karena sandal itusendiri sudah “nerimo” dengan takdir fungsionalnya.
 Apakah pernah kita melihat seorang memakai sandal namun tidak menyentuh tanah? Seperti itu saat ini mungkin hanya terjadi di dunia khayal, negeri antah berantah atau film. Betapapun mahal harganyasebuah sandal ia akan tetap berada di bawah, dan langsung bersentuhan dengan tanah.
Sebab itulah “tempat yang tepat” baginya. Bukan karena harganya yang mahal kemudian berubah maqam menjadi di letakan yang lebih tinggi. Justru peletakan tersebutmenjadikan nilai guna sandal semakin berkurang, atau bahkan nihil.
Bagaimana kalau bendnya kita rubah menjadi peci.  Kita beli peci dengan harga yang tidak lebih dari sepuluh ribu misalnya. Atau dalam kalimat lain kita peroleh secara gratisan. Lalu bagimana kita meletakan peci ketika kita memakainya?
Apakah karena gratis, tidak bayar kita cukup masukan kedalam saku celana, sama dengan seperti kasus sendal, jawabnya “tentu tidak”,peci itu berada diatas karena fungsinya. Bukan karena harga jual atauatau belinya.
Dari sendal kita belajar bahwa hakikat kemuliaan bukanlah karena tingginya posisi. Kemuliaan itu hadir ketika kita menjalankantugas sesuai dengan ketentuan yang ada secara profesional dan total.
Berada dibawah tidak menyenyebabkan kita merasa hina. Sebab posisi yang sejati sejati (khususnya di mata Allah)yang membedakan hanyalah derajat ketaqwaannya.
Dari narasi kita dapat belajar bahwa kehidupan tidakbisa di pandang sebelahmata, tetapi harus lengkap dan komprehensif.
Dari peci kita belajar bahwa posisi tinggi  tidak selamanya sejalan dengan  subtansi.
Ahirnya semua kembali pada pribadi masing- masing, bagaimana menyikapi dan menyadari akan fungsi dan perannya masing-masing
Saudaraku, tak penting apa status, peran dan fungsi Anda di duniaini, karena Allah, Rasul dan manusia beriman tak melihat Anda dari pakaian yang dikenakan, jabatan yang tersemat, dan kehormatan yang disandang, tapi seberapa bermanfaatnya Anda bagi orang lain dengan status dan peran Anda tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, "Khairunnaasanfa’uhumlinnaas", "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan Kahlil Gibran dalam bukunya yang berjudul Taman Sang Nabi juga mengatakan bahwa, di pepohonan, buah tak pernah berkata kepada akar ; " jadilah seperti aku, yang masak dan ranum ini, dan memberikan kelimpahan hasilnya." Sebab bagi buah, memberi adalah kebutuhannya, sedang bagi sang akar, menerima adalah kebutuhannya.
          Jika demikian, bukan hal penting untuk mempertanyakan status dan jabatan penting apa yang akan kita sandang saat ini dan nanti, tetapi yang terpenting adalah mempertanyakan, seberapa bias kita berbuat baik dan bermanfaat bagi banyak orang.

"Uang Logam"

recehan (XXX)
Suatu ketika, ada seorang anak yang menemukan sebuah uang logam. Dia sangat senang sekali dengan apa yang ditemukannya. Dia mendapatkan uang, tanpa harus mengeluarkan tenaga. Tanpa bersusah payah, dia dapat membeli apa saja dengan uang yang ditemukannya itu. Ah, lalu dia berpikir untuk melakukan pekerjaan iini sampai sore nanti. Dia lalu menghabiskan hari itu dengan kepala menunduk, mata terbuka lebar, dan meneliti setiap pojok jalan dengan seksama.
Ya, anak itu melakukan kegiatan itu sampai akhir masa kanak-kanaknya. Dia memang menemukan banyak sekali uang dengan cara itu. Ada ratusan uang receh, puluhan uang kertas, beberapa perhiasan, sebuah liontin, dan banyak benda berharga lainnya yang dapat ditukarkan dengan uang dan mainan. Anak itu senang sekali dengan pekerjaan ini.

Memang, dia mendapatkan banyak uang dengan cara ini. Namun, agaknya, dia melupakan banyak hal. Dia, telah kehilangan ratusan kehangatan pagi dan indahnya embun di dedaunan. Dia juga melewatkan ratusan pelangi yang kerap hadir di atas awan, sebab, kepalanya selalu tertunduk ke bawah. Dia juga, tak sempat untuk menyaksikan ribuan fajar dan ribuan senja.

Dia tak pernah menyaksikan burung-burung yang terbang di angkasa, dan bercericit di atas pohon-pohon. Dia melewatkan banyak sekali layang-layang yang berkejaran di langit, dan meliuk-liukan badannya seperti camar yang membentuk susunan-susunan formasi yang indah. Dia tak sempat merasakan harumnya bunga-bunga di taman, dan tawa riang teman-temanya yang sedang bermain.

Dia tak pernah menemukan senyum hangat setiap orang yang berpapasan dengannya. Dia melewatkan tawa renyah dari kakek yang bertongkat dan selalu mengelus setiap anak yang ditemuinya. Dia, tak pernah merasakan itu semua. Burung yang beterbangan, matahari yang bersinar, dan senyuman itu, bukanlah bagian dari ingatan masa kecilnnya.

***

Kerja keras?

Sahabat, begitulah hidup. Kita bisa memilih hidup kita dengan kepala tertunduk, dan pikiran dipenuhi dengan nafsu kekayaan, dan enggan berurusan dengan orang lain. Kita juga bisa memilih hidup, dengan penuh ketakutan, takut kehilangan setiap uang logam, takut akan kritik dan saran, takit pada setiap hal baru yang hadir di depan mata. Kita bisa memilih untuk terpaku pada satu hal, hanya memikirkan diri sendiri.
Ya, kita memang bisa memilih itu semua. Namun, teman, kita juga bisa memilih untuk hidup dengan selalu memandang ke depan, dan pantang menyerah. Kita juga bisa memilih untuk merasakan semua nikmat-Nya, dan menjadi bagian dari kehangatan persahabatan dan senyuman. Kita, juga bisa memilih untuk hidup dan berusaha untuk merasakan semua tawa, semua kehahuram bunga, dan keindahan fajar dan matahari senja. Ya, kita memang bisa memilih hidup kita. Tentukanlah dengan matang.

Hidup tanpa Tujuan= Layang- layang putus

Hidup tanpa mempunyai tujuan sama seperti layang-layang putus. Miliki tujuan dan percayalah Anda dapat mencapainya
Layang-Layang putus

Minggu, 26 Mei 2013

senyuman adalah sedeqah

Aisha.
Sahabatku...sikap yang baik,
wajah yang menyejukkan/senyum dan tutur kata yang baik adalah salah satu bentuk sedekah 
Mari latih diri untuk melakukan yang terbaik,
Niatkan karena ta'at kepada Allah Subhaanahu wata'ala 
mari contoh Rasululloh Shoallohu 'Alaihi Wasallam....

Bahasa Tubuh


Mengapa ketika seseorang menggunakan telunjuk, jempol atau tangan terbuka saat memberi tahu arah kepada kita, masing-masing ada rasa yang berbeda ?

kita merasa tak nyaman bila wajah kita ditunjuk, karena sesungguhnya yang mengeluarkan telunjuknya merasa dirinya lebih tinggi dan kita lebih rendah, tak akan ada yang merasa nyaman bila direndahkan
berbeda dengan jempol atau tangan terbuka, kita akan merasa lebih nyaman karena mereka mengeluarkkan cara itu untuk menghargai, dan setiap orang pasti senang dihargai

Sesungguhnya bahasa tubuh yang berasal dari ketulusan, kerendahan hati akan sangat menyentuh hati, melampaui sehebat apapun bahasa lisan


Kamis, 23 Mei 2013

KRITERIA ISTRI SHALIHAH

“Dunia adalah perhiasan (kesenangan) dan sebaik-baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah wanita (istri) shalihah.” (HR.Muslim dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash) 
Berikut 13 Kriteria Istri Solehah...
1. Sangat Damai Hidup Bersamanya Karena Ketaatannya Kepada Allah (QS 4:34).
2. Kalau Ditatap Selalu Menyenangkan (Smile ^_^)
3. Tidak Membantah Jika Diperintah Suaminya dalam Kebaikan & Syariat Allah.
4. Pandai Menjaga Kehormatan & Harta Suaminya, Rasulullah bersabda, " Sebaik-baiknya Istri Sholehah adalah jika ditatap menyenangkan, bila diperintah taat, & jika suaminya pergi pandai menjaga kehormatan & harta suaminya" (HR Abu Daud).
5. Mulia Sekali Karena Terjaga Kehormatan & Tertutup Auratnya (QS 33:59).
6. Bukan Hanya Babar Bahkan Rela Berkorban untuk Suaminya.


7. "Gholimah" Pandai Merawat Tubuhnya & Sangat Aktif Melayani Suaminya.
8. Bersyukur atas Ni'mat Allah dengan terus Membangkitkan Semangat Suami & Tidak Menuntut Diluar Batas Kemampuan Suaminya.
9. Menyayangi & Menghormati Keluarga Suaminya.
10. Tidak Keluar Rumah Tanpa Seizin Suaminya.
11. Menyertakan Suaminya Dalam Doanya, Terutama dipenghujung Malam.
12. Penuh Perhatian Saat Suami Bicara disertai Tatapan Cinta.
13. Hadiah Kecil Tetapi Sangat Membahagiakan Suami, ta'kala istri Menciumnya disertai bisikan, "Adek bangga menjadi istrimu, kak",

KISAH UANG ( Rp.1000 dan Rp.100000)

Uang Rp 1000 dan Rp 100.000 sama2 terbuat dari kertas, sama2 dicetak dari Bank
Indonesia..Padasaat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar dimasyarakat..

3 bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja didalam dompet seorang
pemuda.. Kemudian diantara kedua uang tsb terjadilah percakapan yg Rp 100.000 bertanya kepada yg Rp 1000, ... "kenapa badan kamu begitu lusuk,kotor,danbau amis...?" dijawablah olehnya "karena aku begitu keluar dari Bank langsungditangan orang2 bawahan dari tukang becak,tukang sayur, penjual ikan dan ditangan
pengemis"

Lalu Rp 1000 bertanya balik pada Rp 100.000," Kenapa kamu kelihatan begitu baru,rapi dan masih bersih?" dijawabnya, "karena begitu aku keluar dari Bank, langsung langsung disambut perempuan cantik dan beredarnya pun di restauran mahal, di Mall dan juga dihotel-hotel berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet"

Lalu Rp 1000 bertanya lagi," pernahkah engkau mampir ditempat Ibadah? " Dijawablah..."Belum pernah" Rp 1000 pun berkata lagi," ketahuilah
walaupun keadaanku seperti ini adanya, setiap Jum'at aku selalu mampir di MESJID dan ditangan anak2 Yatim, bahkan aku selalu bersyukur kepada TUHAN. Aku tidak dipandang manusia bukan sebuah nilai tapi yg dipandang adalah sebuah manfaat... "Akhirnya menangislah uang Rp 100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tapi tidak begitu bermanfaat selama ini.

Jadi...bukan seberapa besar penghasilan Anda, tapi seberapa bermanfaatnya penghasilan anda itu. Karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan... Semoga kita termasuk golongan orang2 yg selalu mensyukuri nikmat dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat SOMBONG.. Aamiin..

Sukses & Gagal (berawal dari pikiran kita)

Suatu hari seorang laki-laki berjalan melintasi perkebunan dimana di dalam perkebunan tersebut terdapat sebuah tempat pelatihan untuk gajah-gajah liar agar menjadi mudah dijinakkan dan digunakan membantu keperluan perkebunan.

Tampak seekor gajah besar, gagah dan kuat yang berdiri tegak tanpa bergerak sedikitpun, padahal dia hanya diikat oleh seutas tali kecil yang melingkar pada salah satu kaki depannya dan terikat pada sebuah tonggak kecil. Tidak tampak kandang besi atau rantai baja yang mengikatnya. Jelas sekali bahwa jika si gajah berniat melepaskan diri maka dengan amat mudahnya ia akan segela terlepas dan lari. Tapi entah mengapa hal itu tidak dilakukannya.

Laki-laki tersebut penasaran dan melihat sekitar menghampiri pawang sekaligus pelatih gajah tersebut dan bertanya, "Mengapa gajah sebesar itu hanya berdiri saja dan tidak berusaha melarikan diri padahal talinya sekecil itu?"

Jawab pelatih gajah tersebut, "ketika gajah tersebut masih kecil kami sudah mengikatnya dengan tali tersebut, dan kami menggunakan tali yang seukuran itu sampai dia sedewasa dan sebesar ini. Cukup bagi gajah untuk yakin bahwa karena tali tersebut maka dia tidak bisa melarikan diri, sehingga sampai sekarang dia tidak berusaha melepaskan diri dari tali tersebut."

Laki-laki tersebut heran dan menggumam, "hewan sebesar itu yang bisa melarikan diri dan lepas dari tali kapan saja, tapi tidak melakukannya hanya karena dia percaya bahwa tali yang mengikatnya tidak memungkinkan dia melarikan diri, dan karenanya dia tetap berada di sini sampai sekarang?"
Pesan: 
Seperti si gajah, beberapa dari kita sering merasa tidak mampu melakukan sesuatu padahal kita mampu, hanya karena kita pernah gagal.
Ingatlah bahwa kegagalan adalah bagian dari hidup.

sumberFB:Ipan Pranshakti  https://www.facebook.com/ipan999
 

Hal-hal yang sebaiknya dipikirkan kita

mikir sing sae mawon nggih
1. MANUSIA yang paling berbahaya adalah"MUNAFIK"

2. SENJATA yang paling berbahaya adalah "LIDAH"

3. KEBIASAAN yang paling merusak adalah "MEREMEHKAN DOSA KECIL"

4. PERASAAN yang paling tidak berguna adalah "DENGKI"

5. KEGAGALAN yang paling melumpuhkan adalah "MALAS"

6. KONDISI yang terburuk adalah"LEMAHNYA­ IMAN"

7. PAKAIAN yang paling indah di dunia adalah "AKHLAK YANG MULIA"

8. SUKACITA yang terbesar adalah "TERKABULNYA DOA"

9. PEKERJAAN yang paling memuaskan adalah "AMAL YANG IKHLAS"

10. KOMPUTER yang paling hebat adalah "AKAL"

11. ENERGI yang terbesar adalah"IMAN YANG KUAT"

12. OBAT TIDUR yang paling mujarab adalah "HATI YANG TENANG"

13. DUA KATA yang penuh kekuatan adalah "SAYA BISA"

14. Aset yang terbesar adalah "AMAL SHOLEH"

15. Alat Komunikasi yang paling Hebat adalah "DOA"
(berbagai Sumber)

Muhammadiyah.

Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH Ahmad Dahlan memilih nama Muhammadiyah  yang pada masa itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin _khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu’allimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).
Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Berkaitan dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah secara garis besar faktor penyebabnya adalah pertama, faktor subyektif adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an dalam menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kedua, faktor obyektif  di mana dapat dilihat secara internal dan eksternal. Secara internal ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagiab besar umat Islam Indonesia.
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini. Misi Muhammadiyah adalah:
(1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah swt yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad saw.
(2) Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
(3) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
(4) Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto

Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Keinginan dari KH. Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangnan dan da’wah untuk nenegakan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid.
Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang berhubuaan dengan prinsif akidah islam yag menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi piliha mutlak bagi umat islamm Indonesia.
Keterbelakangan umat islam indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi keterbelakangan. Keterbelakangan umat islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam yang berpikir moderen. Kesejarteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat islam indonesia.
Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek imperialalisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk hasil refolusi industeri yang melada erofa.
Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia diseluruh dunia untuk ’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda erofa. Modernisasi yang terhembus melalui model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-paham yang melahirkan moernisasi erofa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru islam yang rasionaltetapi liberal dan sekuler.
1.        Faktor Internal
Faktir internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam sendiri yang tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan islam.
Sikap beragama umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap beragama yang rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungai kehidupan umat islam, terutama dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam. Sikap beragama yang demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada awal abad ke 20 itu, tetapi merupakan warisan yang berakar jauh pada masa terjadinya proses islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti diketahui proses islamisasi di indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang dan kaum sifi memegang peranan yag sangat penting. Melalui merekalah islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh nusantara ini.
2.        Faktor eksernal
Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiah adalah faktor yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda. Faktor tersebut antara lain tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan kristenisasi.
Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak bumi putra, ataupun yang diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan bantuan financial dari pemerintah belanda. Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya lembaga pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad 20, yaitu pendidikan islam tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari kurikulumnya.
Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah colonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan menyudutkan tradisi nenekmoyang serta kurang menghargai islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler  anpa mengimbanginya dengan pendidiakan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah tankanya yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20.









http://www.muhammadiyah.or.id

Rabu, 22 Mei 2013

Tidak Semua Kebaikan Kita akan dartikan Baik

Seorang dokter sedang bergegas masuk ke dalam ruang operasi dikarenakan ada seorang pasien yang membutuhkan bantuannya.

Sang ayah dari pasien yang akan di operasi menghampirinya dan dengan gusar berkata "Kenapa lama sekali anda sampai ke sini? Apakah anda tidak tahu bahwa nyawa anak saya terancam jika tidak segera di operasi?"

Dokter itu tersenyum dan berkata, "Maaf, saya sedang tidak berada di rumah sakit, tapi secepatnya saya menuju kemari ketika pihak rumah sakit menghubungi saya"

Kemudian dokter tersebut bergegas menuju ke ruang operasi, setelah beberapa jam ia keluar dengan senyuman di wajahnya dan berkata kepada ayah dari pasien tersebut "Syukurlah, anak anda sudah tertolong dan keadaannya sudah sangat stabil".

Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tersebut berkata lagi, "Suster akan membantu anda jika ada yang ingin anda tanyakan", setelah berkata dokter tersebut segera berlalu dengan tergesa-gesa.

Sang ayah berkata kepada suster, "Kenapa dokter itu angkuh sekali ? dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya !!!"



Sambil meneteskan air mata suster menjawab, "Anak dokter tersebut meninggal dalam kecelakaan kemarin sore, ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya untuk melakukan operasi pada anak anda. Sekarang anak anda sudah selamat dan ia bisa kembali berkabung".
                                                              Pesan:
Janganlah kita tergesa-gesa memberikan penilaian terhadap seseorang, tapi maklumilah bahwa setiap orang di sekeliling kita menyimpan cerita kehidupan yang mungkin tidak terbayang di benak kita. 

sumber tulisan mas Ipan.( https://www.facebook.com/ipan999?fref=ts)

ILMU

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siangterdapat tanda tanda bagi orang yang berakal (cerdas)"
(QS.Ali Imran 190)

Ilmu adalah himpunan fakta-fakta serta aturan-aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan yang lain. Fakta itu tersusun secara sistematik serta dinyatakan dalam bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dipahami, mudah dicari kembali, dan mudah mengerti untuk komunikasi.
Ilmu memiliki banyak manfaat yang di antaranya: 

 
1. Dengan ilmu manusia diberikan kewenangan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Hal ini tercermin dalam Al-Qur-an surat Al-Baqarah ayat 31-32
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ , قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Ilmu dalam hal ini merupakan sebuah jalan nyata untuk mewujudkan kehidupan dunia yang sejahtera. Dengan modal pengetahuan tentang potensi benda-benda yang ada di dunia, manusia bisa memanfaatkannya untuk memenuhi segala macam hajat dari mulai sandang, papan dan pangan.

2. Ilmu mengantarkan manusia kepada ma’rifatullah, sebagaimana tersirat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ , خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ , اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ , الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ , عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq: 1-5)



 Orang yang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt sebagaimana tercermin dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11
…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Orang yang berilmu tidak akan pernah menjadi atheis karena ilmu pada hakikatnya diciptakan untuk menjadikan manusia hamba yang bersyukur atau dalam tafsir jalalain agar manusia beriman kepada Allah Swt. Hal ini nampak jelas dalam Al-Qur’an surat Al-Nahl ayat 78  

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Semoga kita termasuk orang -orang yang senantiasa beryukur 
amin.

(dari berbagai sumber)